Wednesday, May 9, 2007

That’s What We Called DNA Leadership

Ada salah satu peserta pada Spiritual and Professional Leadership Training bagi praktisi BMT Se-Indonesia yang menanyakan kepada pemateri Dr. Suwarsono Muhammad bagaimana kunci atau resep pola kepemimpinan yang berhasil dan berdaya guna yang dapat kita aplikasikan pada diri kita. Sebelumnya Dr. Suwarsono Muhammad memberikan materi tentang pola kepemimpinan bagi seorang leader yang bisa berdasarkan pola visi (visioner), pola ilmiah (science), dan pola pengalaman (experience). Jadi seorang leader dapat mengambil keputusan berlandaskan visi yang dimilikinya. Biasanya leader yang begini ini jago dalam kerangka konseptual dan berpikir ke depan membawa skenario keadaan perusahaan seolah-olah berada dalam situasi dan kondisi tertentu sebelum memberi keputusan atau memecahkan masalah.Pola kerja berdasarkan insting dan intuisi melatar belakangi pemimpin tipe ini dalam setiap langkah yang diambil. Lain halnya dengan pola ilmiah, meskipun memerlukan persyaratan tingkat pendidikan yang tinggi untuk menjadi pemimpin berdasarkan pola ilmiah namun masih tetap banyak juga leader dengan tipe ini. Analisa, perhitungan rugi laba, dan studi kelayakan bisnis menjadi panutan utama seorang leader dengan kepribadian seperti ini. Penguasaan terhadap sebuah ilmu harus mutlak dikuasai sebelum dia memutuskan suatu kebijakan yang berhubungan dengan ilmu tersebut. Yang terakhir adalah leader yang mengedepankan pengalaman sebagai bekal utamanya dalam mengambil kebijakan manajemen. Pemimpin dengan tipikal ini pasti akan selalu ingin dikelilingi oleh manajer-manajernya yang mempunyai pengalaman tinggi pula karena dia yakin dengan pengalaman yang tinggi dapat menjadi referensi untuk memberikan panutan arah gerak dan langkah perusahaan. Dengan pengalaman yang dimiliki, diharapkan dapat memberikan historikal data atau historikal story untuk menjadi pegangan bagaimana persoalan yang relatif sama dapat dicarikan jalan keluarnya.

Kembali ke pertanyaan, Pak Suwarsono memberikan sebuah jawaban yang menurut saya sangat cerdas dan mengena. Bahwa di tengah perkembangan konsep leadership yang berkembang saat ini kunci dan resep yang jitu mengenai kepemimpinan ditentukan oleh orang itu sendiri. Oleh orang itu sendiri maksudnya berdasarkan atas bakat, genetika atau lingkungan yang membangun kepribadian orang tersebut. Apalagi saat ini hampir tiap waktu selalu dikemukakan konsep-konsep inovasi dari kepemimpinan. Yang pernah belajar tentang ilmu kepemimpinan tidak akan pernah lupa bahwa ada managerial leadership, ada lagi innovative leadership, personal leadership, extreme leadership, customer leadership, excellent leadership, kubik leadership dan mungkin yang paling baru adalah spiritual leadership. Konsep leadership berkembang sedemikian cepatnya sesuai dengan tuntutan dunia bisnia yang terus saja bergejolak mencari jati diri yang ideal tentang bagaimana seharusnya pola kepemimpinan dibangun dan dikembangkan.

Berdasarkan jawaban dari beliau tersebut akhirnya saya menyarikannya sebagai berikut bahwa tidak ada resep dan kunci yang jitu mengenai konsep kepemimpinan yang bisa diterapkan secara general pada semua orang. Generalisasi pola kepemimpinan yang dipelajari oleh seorang pembelajar justru bisa berdampak negatif pada hasil akhirnya. Pencampur adukan teori kepemimpinan tanpa melihat latar belakang kondisi bisnis yang secara riil dialaminya dapat berbalik menjadi antiklimaks. Pola kepemimpinan yang cocok dan berhasil diterapkan pada seorang individu tidak dapat dipastikan akan dapat berhasil pula apabila diterapkan kepada individu yang lain. Katakanlah seorang leader yang tumbuh dan berkembang di lingkungan bisnis yang menuntut percepatan terhadap proses-proses yang berkaitan dengan pelanggan, maka ia akan mantap tumbuh dan berkembang dalam lingkungan customer leadership. Thus, demikian pula dengan inventor yang menemukan konsep tersebut bisa jadi lingkungan bisnis saat itu memang menghendaki dan menuntut agar pola-pola yang berujung kepada kepuasan pelangganlah yang akhirnya menuntun inventor tersebut untuk akhirnya merumuskan customer leadership. Ada kemungkinan lainnya, era bisnis di awal dekade 90-an menyiratkan banyak sekali proses duplikasi dan imitasi terhadap sebuah produk. Produk atau jasa yang terbukti laku di pasaran tidak mempunyai cukup waktu untuk leading sendirian karena dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama dapat dipastikan produk atau jasa tersebut ditiru oleh pihak lain. Namun kegiatan tersebut bukan dimaksudkan untuk membajak karena setelah melakukan imitasi follower tersebut langsung melakukan inovasi terhadap produk atau jasa yang baru dikerjakannya. Dikarenakan terjadi secara berulang kali untuk berbagai macam jenis produk/jasa dalam segala jenis industri akhirnya fenomena demikianlah yang membuat pesatnya perkembangan innovative leadership. Kepemimpinan yang bisa melihat apa yang telah dilakukan oleh orang lain kemudian untuk dipelajari, ditambah dan disempurnakan sesuai dengan inovasi yang ingin dihadirkan merupakan refleksi dari lahirnya innovative leadership.

DNA leadership... ya saya memakai nama tersebut untuk menyimpulkan bahwa kemampuan memimpin akan jauh lebih maksimal berkembangnya apabila mengambil sumberdaya dari dalam diri sendiri untuk mengembangkan leadership ability kita. Bahwa DNA kita telah ditakdirkan oleh Allah SWT mempunyai berjuta-juta sel yang saling bertautan dan bersimpul untuk membentuk satu karakter kepribadian yang kokoh. Oleh karena itu setidaknya DNA leadership dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
  • Pertama, lingkungan keluarga mempunyai kontribusi bagi terbentuknya DNA kita karena orang tua kita memiliki andil yang sangat besar dalam membentuk DNA kita. Dapat dipastikan ada bagian dari kepribadian kita yang mengambil dari kepribadian orang tua kita, sehingga dapat dimengerti juga kenapa akhirnya ada peribahasa air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga. Lingkungan tempat dibesarkan juga memberikan andil dalam pembentukan wadah berkembangnya DNA leadership dalam tubuh. Lingkungan yang berkesesuaian dengan DNA akan menjadi sebuah sinergi yang luar biasa untuk membentuk sebuah ability leadership. Kebahagiaan dan kasih sayang keluarga pada waktu kecil yang dapat diberikan secara maksimal dan berkontribusi positif secara maksimal pula bagi diri kita otomatis turut serta pula menjadi wahana yang sangat berarti bagi terkaitnya kerjasama antara DNA dan lingkungan.
  • Kedua, pendidikan yang kita alami terutama pendidikan tinggi di masa usia 17-23 tahun atau saat-saat kita mengenyam pendidikan Strata 1 merupakan bagian dari waktu emas yang kita miliki. Berbagai pihak berpendapat bahwa pendidikan pada saat SMA atau saat-saat di mana siklus pubertas kita tumbuh dengan maksimal adalah bagian yang terpenting dari siklus pendidikan seseorang, namun demikian saya tetap mengambil faktor yang saya sebut pertama karena pada masa tersebut kita sudah dapat menggabungkan lebih baik antara unsur emosi dan kemampuan pikir dalam tubuh kita. Saat-saat tersebut di mana kita bisa berorganisasi dengan baik melakukan diskusi dan berinteraksi dengan para akademisi dan praktisi membuat daya pikir kita terlatih dan terasah dengan kontinyu. Pada masa itu pula kita dilatih untuk berpikir dan mengembangkan kemampuan kepemimpinan kita salah satunya melalui unit-unit kegiatan mahasiswa yang kita ikuti. Lebih lagi untuk mahasiswa yang perantauan, ada kemampuan lebih yang dimilikinya yakni ketika jauh dari keluarga dan dengan segala keterbatasan yang ada namun tetap mampu mengatur dan memimpin dirinya sendiri.
  • Ketiga, faktor paling berpengaruh terhadap pembentukan iklim yang menunjang terhadap tumbuhnya DNA leadership kita adalah saat-saat di mana kita bekerja. Namun tempat bekerja yang bagaimana yang bisa menimbulkan kontribusi positif bagi pertumbuhan kepemimpinan kita ? Tempat bekerja yang dipersyaratkan untuk keadaan tersebut tentunya adalah tempat yang kondusif sehingga mampu membangkitkan simpul-simpul energi positif dalam rangkaian otak kita hingga akhirnya dapat menghasilkan karya-karya baru yang bermanfaat bagi kita pribadi maupun tempat kita bekerja. Pengakuan atas hasil karya dan ide-ide yang terus bermunculan dari diri kita merupakan parameter lain yang dapat menyimpulkan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang cocok bagi perkembangan DNA leadership kita. Dengan situasi dan suasana yang dibangun dengan kondisi positif sedemikian rupa mampu menghasilkan energi dimensi lain yang mampu diserap oleh DNA-DNA bayangan yang akhirnya bisa menstimulus DNA asli dalam tubuh untuk berperan aktif dalam membentuk leadership ability kita.
Jadi, untuk kesekian orang kalinya saya kembali meletakkan dasar be your self atas kepribadian anda. Apabila anda mengolahnya dengan cara benar, pada saat dan tempat yang benar itu semua bisa menjadi alat bantu prima untuk membentuk karakter yang selanjutnya akan berujung kepada kemampuan leadership kita. Sel darah yang kita miliki dan struktur DNA kita, sejatinya telah membekali dengan cukup untuk perkembangan diri kita. Selanjutnya tugas kitalah untuk bisa meracik dan meramunya untuk menjadi sebuah kekuatan dari dalam tubuh kita.

No comments:

Template Designed by Douglas Bowman - Updated to New Blogger by: Blogger Team
Modified for 3-Column Layout by Hoctro